Thursday 11 November 2010

Huruf Huruf yang Menyala

Jiwa-jiwa pucat itu kini bertengger di atas ubun-ubunmu.
Menghisap setiap ranum merah darahmu.
Mengecupi anak jakun kebanggaanmu.
Kau pun menjadi sepucat bulan pada ufuk sungai.
Mimpimu menjadi serapuh anak dara.
Terkulai bersama bumi yang tuli.

Jiwa-jiwa pucat itu kini juga berjelajah di kawasan mimpiku.
Mereguk purnama di dadaku yang sempit.
Mencuri sepasang mata tempat kau bermanja.
Aku pun menjadi sepucat kafan pada bangkai Adam.
Mimpiku telah memuai bersama uap darahmu.
Terdampar pada arasy yang agung.

Seketika,entah di belahan bumi mana,
Langit London pun runtuh sebelum ia menjadi renta.
Senja Achen kehilangan cerita dua manusia lemah.
Sang penunggu Koridor RS telah lama menjadi arca.

Lewat ruh para Nabi, kusurati Tuhan berulang kali,
Berharap Dia kembalikan Nil pada Mesirnya.
Berharap Dia takdirkan Azka untuk Kuma.

Tapi Tuhan belum juga membalas suratku,
Andromeda masih berdarah perih kehilangan Orion.
Sekawanan kunang masih mencari jalan pulang.
Hingga akhirnya aku menyerah pada perjalanan yang susah.
Kutitipkan mimpiku pada sayap Jibril.
Biarlah dia menyimpannya pada menara kecil tak jauh dari surga.
Disanalah kisah kita berakhir.
Disanalah akhirnya mimpi kita tinggal.
Semoga kelak, kita sempat mengunjunginya.

Tapi, tunggu, .......apa yang terjadi di bumi?
Dari jendela langit, kulihat huruf-huruf menyala dari puing tangga mesjid.


(Untuk siapapun yang lelah berharap.Inspired by song titled "For A Pessimist, I'm Pretty Optimistic" -Paramore-)

No comments:

Post a Comment